Banyak sekali amalan yang dapat menjerumuskan ke dalam dosa dengan tidak
terasa, tidak sengaja atau kita pernah menyaksikan atau melakukannya.
Di antaranya adalah:
1. Meratapi
Jenazah
Kematian pasti akan terjadi pada setiap makhluk yang bernyawa, namun
yang ditinggal mati apakah bisa bersabar ataukah tidak? Salah satu kemungkinan
besar yang dilakukan oleh manusia, jika ditinggal mati oleh orang yang
dicintainya adalah meratapi jenazah. Misalnya dengan menangis sejadi-jadinya,
berteriak-teriak sekeras-kerasnya, memukuli muka sendiri, mengoyak-ngoyak baju,
menggunduli rambut, menjambak-jambak atau memotongnya. Semua perbuatan tersebut
menunjukkan ketidakrelaan terhadap taqdir, disamping menunjukkan tidak sabar
terhadap musibah.
Nabi Muhamamad Shallallaahu alaihi wa Salam mengecam orang yang melakukan
ratapan berlebihan kepada mayit.
Dan Dari Abdullah bin
Mas ‘ud Radhiallaahu anhu meriwayatkan:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُوْدَ وَشَقَّ الْجُيُوْبَ
وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ. (رواه البخاري، انظر فتح الباري 3/163).
“Tidak termasuk golongan
kami yang menampar pipi, merobek-robek baju dan yang meratap dengan ratapan
jahiliyah.” (HR. Al-Bukhari, Fathul Bary 3/163).
Sedih dan berduka cita atas kepergian orang yang dicintai adalah wajar
namun tidak boleh berlebihan sebagaimana hal yang di atas tadi. Bersabar dan
menerima terhadap musibah adalah lebih baik dan lebih mulia karena semuanya
terjadi atas kehendak Allah Subhannahu wa Ta'ala . Dan ini semua telah
digariskan olehNya sehingga manusia tinggal menjalani apa yang sudah menjadi
ketentuannya.
2.Menginjak Dan
Duduk Di atas Kuburan
Ketika mengiring jenazah atau berziarah kubur, sebagian orang ada yang
tidak memperhatikan jalan yang mesti dilaluinya, sehingga disana sini
menginjak-injak kuburan dengan tanpa rasa hormat sedikitpun kepada yang sudah
meninggal.
Dan yang menunggu pemakaman jenazah dengan seenaknya duduk di atas
kuburan, pemandangan seperti ini sering terlihat di masyarakat, padahal
Rasullah Shallallaahu alaihi wa Salam mengancam akan hal yang semacam itu.
Abu Hurairah Radhiallaahu anha berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa Salam bersabda:
لأَنْ يَجْلِسَ أَحَدُكُمْ عَلَى جَمْرَةٍ فَتَحْرِقُ
ثِياَبَهُ فَتَخَلَّصَ إِلَى جِلْدِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَجْلِسَ عَلَى
قَبْرٍ. (رواه مسلم، 2/667).
“Sungguh seseorang dari kalian duduk di atas bara api sehingga terbakar
bajunya hingga tembus ke kulitnya, hal itu lebih baik baginya daripada duduk di
atas kuburan.” (HR. Muslim 2/667).
3.Mencari Berkah di
Kuburan
Kepercayaan bahwa para wali yang telah meninggal dunia dapat memenuhi
hajat, serta membebaskan manusia dari berbagai kesulitan adalah syirik. Karena
kepercayan ini, mereka lalu meminta pertolongan dan bantuan kepada para wali
yang telah meninggal dunia. Padahal mereka meminta tolong kepada Allah dalam
setiap shalatnya namun dalam prakteknya mereka meminta realisasinya kepada selain
Allah.
Firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Hanya kepadaMu-lah kami menyembah dan hanya kepadaMu-lah kami meminta
pertolongan.” (Al-Fatihah: 5).
Termasuk dalam katagori menyembah kuburan adalah memohon kepada
orang-orang yang telah meninggal, baik para nabi, orang-oarng shalih atau
lainnya untuk mendapatkan syafa’at atau melepaskan diri dari berbagai kesukaran
hidup.
Sebagian mereka, bahkan membiasakan dan mentradisikan menyebut nama
syaikh atau wali tertentu, baik dalam keadaan berdiri maupun duduk atau ketika
ditimpa musibah atau kesukaran hidup.
Di antaranya ada yang menyeru: Wahai Muhammad “. Ada lagi yang menyebut
“Wahai Ali” Yang lainnya menebut: Wahai Syaikh” atau Wahai Syaikh Abdul Qadir
Jaelani”, Kemudian ada yang menyebut: “Wahai Syadzali”. Dan masih banyak lagi
sebutan lainnya.
Allah Subhannahu wa
Ta'ala berfirman dalam Surat Al-A’raaf:
“Sesungguhnya orang-orang yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk
(yang lemah) yang serupa dengan kamu”. (Al-A’raaf:
194).
Sebagian penyembah kuburan ada yang berthawaf (menge-lilingi) kuburan
tersebut, mencium setiap sudutnya ada juga yang mencium pintu gerbang kuburan
dan melumuri wajahnya dengan tanah dan debu dari kuburan sebagian ada yang
bersujud ketika memandangnya, berdiri didepannya dengan penuh khusyu,
merendahkan diri dan menghinakan diri seraya mengajukan permintaan dan memohon
hajat.
Jamaah Jum’at
Rahimakumullah
Mencari berkah di kuburan tidaklah asing bagi sebagian orang lebih-lebih
di masa sekarang ini dimana kebutuhan yang penting harus dipenuhi namun jalan
untuk mengaisnya sangatlah sulit kemudian mereka memakai jalan pintas yaitu
dengan bersemedi dan tafakur di kuburan dengan harapan akan dibukakan jalan
baginya. Kemudian ada yang meminta sembuh dari sakit, mendapatkan keturunan,
digam-pangkan urusannya dan tak jarang di antara mereka yang menyeru: Ya
Sayyidy aku datang kepadamu dari negeri yang jauh maka janganlah engkau kecewakan
aku “ Dan ada juga yang mengatakan “Ya Sayyidy aku ini adalah hamba yang hina
dina dan engkau hamba yang mulia maka sampaikanlah hajat hamba kepada Tuhanmu”
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyem-bah
sembahan-sembahan selain Allah yang tidak dapat mengabulkan (do’a)nya sampai
hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhati-kan do’a mereka.” (Al- Ahqaf: 5).
Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam besabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُوْ مِنْ دُوْنِ اللهِ نِدًّا
دَخَلَ النَّارَ. (رواه البخاري).
“Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan menyembah sesembahan selain
Allah niscaya akan masuk kedalam Neraka” (HR.
Al-Bukhari, 8/176).
Sebagian mereka, mencukur rambutnya di pekuburan dan ada yang membawa
buku yang berjudul: Manasikul Hajjil Masyahid” (Tata cara Beribadah Haji di
Kuburan Keramat), sebelum mereka menunaikan ibadah haji ditanah suci Mekkah,
mereka terlebih dahulu menunaikan haji di Tanah Pekuburan Keramat.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa fitnah
kuburan dan mayit telah menjadi tradisi dan adat bagi masyarakat kita sekarang
ini.
Dan oleh sebab itu kami mengajak saudara-saudara kaum Muslimin untuk
bersama-sama meninggalkan hal tersebut dengan penuh keikhlasan kepada Allah.
Dan kita meminta kepada Allah semoga saudara-saudara kita yang masih melakukan
hal itu dapat dibukakan pintu hatinya untuk menerima kebenaran.
Akhiru da’wana ‘anil hamdu
lillahi rabbil ‘alamin.
جَعَلَنَا
اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ وَالآمِنِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاُكْم
فِيْ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ
الرَّاحِمِيْنَ.
0 Komentar untuk : Dosa Seputar Mayyit Dan Kuburan