Pengantar
„Seorang mukmin jika berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan senoktah warna hitam. Jika dia bertobat dan beristighfar, hatinya akan kembali putih bersih. Jika ditambah dengan dosa lain, noktah itu pun bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah karat yang disebut-sebut Allah dalam ayat , „Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." (QS Al-Muthoffifiin : 14) (HR Tarmidzi)
Perbuatan Maksiat Dalam Al-Qur'an
Allah swt berfirman yang artinya : „Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan
manusia kecuali untuk beribadah kepada ku" (QS.51:56)
Disana Allah swt menegaskan kepada
manusia, bahwa maksud dari penciptaan manusia dan jin adalah hanya untuk
beribadah kepada Allah swt, lain tidak. Dalam rangka menunaikan tugas ibadah
tersebut, manusia diperintahkan untuk taat dan tunduk kepada semua perintah
Allah swt, baik yang langsung Allah swt firmankan dalam Al-Qur'an, maupun yang
disampaikan melalui sabda Rasulullah saw.
Oleh sebab itulah di dunia ini
hanya terdapat 2 golongan manusia. Golongan pertama adalah mereka yang selalu
taat pada segala perintah Allah swt dan sunnah Rasulullah saw. Sedangkan
golongan kedua adalah mereka yang ingkar kepada 2 hal tersebut. Perbuatan
ingkar itulah yang disebut dengan maksiat dan setiap perbuatan maksiat itu
adalah dosa.
Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziah
mengatakan, bahwa orang-orang bodoh mengandalkan rahmat dan ampunan Allah swt
sehingga mereka mengabaikan perintah dan larangan-Nya serta lupa dengan
azab-Nya yang pedih dan tak mungkin dicegah. Barangsiapa yang mengandalkan
ampunanNya tetapi tetap berbuat dosa, dia sama dengan orang-orang yang
membangkang.
Nasib Para Pelaku
Maksiat
Al-Qur'an telah banyak
menceritakan berbagai kejadian dan bahaya yang ditimbulkan dari perbuatan
maksiat. Cerita tersebut bukanlah sesuatu yang dibuat-buat atau lamunan,
apalagi cerita bohong untuk sekedar menakut-nakuti manusia, namun ia
benar-benar terjadi dan menjadi tragedi bagi umat manusia.
Diantaranya adalah banjir besar
yang mencapai puncak gunung pada masa nabi Nuh as yang menjadikan penghuni bumi
karam tenggelam, angin puting beliung yang berhembus keras membanting kaum ‘Ad
hingga semua mati bagaikan pelepah kurma yang berguguran, guntur dahsyat yang mematikan
kaum Tsamud, hujan batu di negri Sodom pada kaum nabi Luth yang membinasakan
semua penghuninya, awan azab berupa mega naungan yang ketika turun bagaikan api
yang membakar kaum Syu’aib, tenggelamnya Fir’aun dan kaumnya di sungai Nil,
pekik keras yang menghancurkan orang-orang yang digambarkan dalam surat Yasin.
Sekali lagi, semua kisah tersebut
benar terjadi. Dan penyebab turunnya azab Allah swt tersebut tidak lain adalah
perbuatan dosa dan maksiat sehingga semua menjadi pelajaran bagi umat manusia
hingga hari kiamat.
Dalam hadits riwayat Ibnu Majah
Rasulullah saw bersabda : „Wahai segenap Muhajirin, ada lima hal yang membuat aku berlindung kepada
Allah swt dan aku berharap kalian tidak mendapatkannya. Pertama, tidaklah
perbuatan zina tampak pada suatu kaum sehingga mereka akan tertimpa bencana
wabah dan penyakit yang tidak pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum
mereka. Kedua, tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan melainkan
mereka akan tertimpa paceklik, masalah ekonomi dan kedurjanaan penguasa.
Ketiga, tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat melainkan mereka akam
mengalami kemarau panjang. Sekiranya tidak karena binatang, niscaya mereka
tidak akan diberi hujan. Keempat, tidaklah suatu kaum melakukan tipuan (ingkar
janji) melainkan akan Allah swt utus kepada mereka musuh yang akan mengambil
sebagian yang mereka miliki. Kelima, tidaklah para imam (pemimpin) mereka
meninggalkan (tidak mengamalkan Al-Qur'an) melainkan akan Allah swt jadikan
permusuhan antar mereka."
Rasulullah saw juga bersabda : „Jika
engkau dapati Allah Azza wa Jalla memberikan limpahan kekayaan kepada seorang
hamba padahal hamba itu tetap berada di dalam kemaksiatan, maka tak lain hal
itu merupakan penundaan tindakan dari Nya" (HR Ahmad)
Selanjutnya beliau (Rasulullah
saw) membaca ayat yang artinya : „Maka tatkala mereka melupakan peringatan
yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu
kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang
telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka
ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS Al-An’aam : 44)
Imam Ahmad meriwayatkan, Abi Rafi’
bercerita bahwa Rasulullah saw pernah melewati pekuburan Baqi. Lalu beliau
berkata, „Kotorlah engkau, cis ... !" Aku menyangka kiranya beliau
maksudkan diriku. Beliau bertutur, „Tidak, cuma inilah kuburan si fulan yang
pernah kuutus untuk memungut zakat pada bani fulan lalu dia mencuri baju wol
dan kini dia sedang dipakaikan baju yang serupa dari api neraka.
Dalam shahih Muslim dikatakan
bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : „Penduduk yang di dunia begelimang
kesenangan sementara dia itu termasuk ahli neraka dihadirkan pada hari kiamat
untuk kemudian dicelup dengan celupan neraka. Kemudian kepada mereka dikatakan,
„Hai ibnu Adam, adakah kau lihat kebaikan ?" Dia menjawab, „Wallahi, tidak
ya Rabbi !" Dan manusia yang di dunia paling sengsara hidupnya sementara
dia itu calon penghuni surga akan dicelup dengan celupan surga. Lalu kepada
mereka akan dikatakan, „Hai ibnu Adam, adakah kau peroleh kesengsaraan ? Adakah
kau temui kegetiran ?" Dia menjawab, „Tidak, demi Allah ya Rabbi, tidak
kudapati sama sekali.""
Sedangkan dalam shahih Muslim
Rasulullah saw pernah bersabda tentang 3 golongan manusia yang pertama diadili
di hari akhir. Golongan pertama adalah mereka yang mati syahid. Diantara mereka
wajahnya tersungkur dan diseret ke neraka karena ternyata perang yang telah
dilakukannya semata-mata hanya agar disebut pahlawan. Golongan kedua adalah
orang yang sering membaca Al-Qur'an, rajin menuntut ilmu dan senantiasa
mengamalkan pengetahuannya. Namun ternyata mereka juga tersungkur dan diseret
ke dalam nereka. Mengapa ? Karena ternyata mereka hanya ingin mendapat gelar
sebagai orang alim dan pintar. Golongan ketiga adalah seorang laki-laki yang
seluruh kekayaannya dia korbankan. Tetapi nasibnya sama dengan kedua golongan
sebelumya, ia tersungkur dan diseret ke neraka, karena ia melakukan itu agar
dikatakan dermawan.
Masih banyak ayat-ayat Al-Qur'an
maupun sabda Rasul yang menggambarkan akan bencana apa yang dialami oleh orang
yang berbuat maksiat. Namun cukuplah kiranya beberapa ayat, hadits dan kisah
diatas menjadi pelajaran bagi kita untuk bisa diambil hikmah dan membuat kita
lari dari perbuatan maksiat.
Selanjutnya pada bagian dua dari
tulisan ini akan kita lihat 26 pengaruh dan bahaya maksiat yang dapat langsung
dirasakan oleh setiap diri manusia, seperti yang dituliskan oleh Ibnul Qayyim
Al-Jauziah dalam bukunya „Aatsaarul Ma’ashi wa Adhraaruha" (Akibat Berbuat
Maksiat).
0 Komentar untuk : Akibat Berbuat Maksiat Bagian Satu (1)